Di bulan Juni ada momen yang cukup penting, yaitu peristiwa
awal dari Hari Anak Dunia, sebuah surat perdamaian dilayangkan oleh sekelompok
pelajar sekolah dasar ditujukan kepada anak-anak seluruh dunia. Surat itu di antaranya
berisikan kata-kata sebagai berikut."Orang-orang tua kita memiliki
keyakinan yang pasti. Mereka menyayangi kita karena kita adalah anak-anak
mereka. Akan tetapi, tidakkah kalian tahu, dunia macam apa yang mereka siapkan
buat kita? Jika sedikit saja kesalahan terjadi pada sistem instalasi nuklir,
maka kita semua pasti akan mati ...." Tepatnya 1 Juni 1986.
Anak selalu ada
dan mewarnai berbagi sejarah. Dalam
mitologi Yunani pun anak selalu ada dan dewa-dewa pun diceritakan mempunyai
keturunan. Selain itu dalam cerita di
Indonesia tokoh anak pun muncul, seperti Cinde Laras.
Terjadinya Danau Toba. Mereka tergambar sebagai anak-anak yang berperan sebagai
anak-anak.
Dalam
Mahabharata dewa Surya pun mempunyai anak yang
bernama Karna. Yang kelak bertemu dengan saudaranya sendiri, Arjuna di Kurukshetra. Dalam Islam pun Nabi
bersabda,”Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak.
Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak”. (HR. Abu
Dawud), “Cintailah anak-anak dan kasih sayangi lah mereka. Bila menjanjikan
sesuatu kepada mereka tepatilah…” (HR. Ath-Thahawi). “Bertakwalah kepada
Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Keberadaan anak,
telah memikat para pemuka agama,
pendidik, pengusaha dan masyarakat
secara kesluruhan. Mereka ada yang mengkaji anak dan menempatkan anak sebagai yang ‘mulia’ sesuai perintah agama
masing masing. Para pendidik pun mengkaji mereka sebagai generasi yang perlu diseru
dan dibimbing untuk menggali ilmu dan
mengembangkannya kelak.
Para pebisnis
pun memandang anak sebagai bagian dari peluang dari usaha mereka, dengan menyajikan berbagai
perlengkapan tentang kebutuhan pakaian, alat sekolah hingga game dan film untuk
anak-anak.
Kenyataan
Banyak terjadi hal-hal
yang membuat usia anak bukan sebagi golden age tetapi sebagai usia eksploitasi yang ada di
masyarakat. Berbagai akibat eksploitasi dan pergaulan buru di masyarakat ada
yang terpaksa menjadi ten mom (ibu remaja)atau teen pregnancy
(kehamilan remaja). Kenyataan ini yang harus dibenahi meskipun tidak dalam
waktu singkat terselesaikan.
Perubahan social
yang begitu cepat dan mencemaskan dalam masyarakat, tidak dapat kita
menyalahkan lingkungan secara keseluruhan atau menyerah karena dianggap ini
tanda akhir zaman. Jika ini akhir zaman, selayaknya kita harus berubah ke lebih
baik agar tergolong sebagai golongan khusnul
khotimah.
Kesalahan yang berulang
Suatu saat
ketika menjelang akhir tahun pelajaran, kebiasan untuk berpariwisata bersama
siswa dan guru. Bagaimana anak kita
berpakaian?, bagaimana jika ia waktu bersekolah ? ada perbedaan, jika bersekolah rajin,
tertutup dan santun. Namun jika berwisata, pakaian yang dikenakan kadang lebih
dewasa dari usianya.
Apakah anda
mengajarinya ?, mungkin sebagian. Tapi
saya yakin anda tak merasa mengajarinya. Pernahkah anda memberikan make
up ketika peringatan atau lomba disekolahnya dengan lipstick yang menor, atau
berdandan menirukan artis populer dunia.
Pernahkah anda mengajari si buyung berlenggak lenggok di cat walk
untuk mengikuti lomba ?. Dan
bagaimana jika kita dandan biasa dan bergaya sebagai anak biasa, tentu sulit
menang.
Inilah sebagai
bentuk memaksa anak untuk bertingkah bagai orang dewasa. Lambat laun akan
terekam dalam diri anak yang akan memberikan sinyal boleh saja dilakukan, “mama
tidak melarang” . Anak akan kehilangan masa anak-anaknya.
Lihat saja lagu
anak sudah amat langka, andaikan ada itu lagu zaman dahulu yang di produksi
ulang. Bahkan ada yang tergolong usia
belasan nekat bunuh diri akibat hal kecil bahkan asmara.
Lingkungan
Dengan berbagai
tugasnya dalam pendidikan, banyak anak-anak kita yang jarang di rumah. Padatnya
kegiatan mereka membuat menjadi asing di daerahnya. Sehingga waktu belajar
mereka untuk mewarisi budaya luhur kita seperti gotong royong dan budi pekerti bekal mereka kelak sangat terbatas bahkan
tidak pernah sama sekali.
Cara mereka
berkomunikasi dengan lingkungan sangat kurang. Akibat inilah yang menyebabkan
banyak anak yang membuat komunitas tersendiri yang kadang terjatuh ke pada negative. Karena sebenarnya mereka
perlu belajar dari lingkungan tentang diri mereka. Sehingga anak mempunyai
banyak pilihan dalam bergaul.
Tetapi jika
orang tua merasa khawatir dan tahu
lingkunagn rumah tangganya kurang baik, maka full day school tetap pilihan terbaik agar anak tidak
ternodai dengan hal negative. Namun
jika lingkungannya penuh kedamaian di
tengah lingkungan yang agamis maka full day school belum sepenuhnya di butuhkan.
PRT atau
pembantu rumah tangga sebagai bagian dari warga rumah kita perlu diperhatikan
secara wajar. Anak yang berinteraksi
dengan pembantu sedikit banyak terwarnai. Apalagi jika kita jarang di rumah atau kurang komunikasi dengan
anak.
Tak jarang orang
tua mengajari sopan santun, anak lebih meniru orang lain dan kadang tidak sama
dengan orang tuanya. Sika terbuka orang tua adalah jalan terbaik dalam membina hubungan
dengan anak. Tapi orang tua tak harus menjadi lemah akibat posisi tawar rendah
Media
Media juga
mempunyai peran yang sangat kuat dalam mengubah masyarakat terutama anak-anak.
Suatu saat ada anak ditegur oleh orang tuanya. Ia menjawab,” itu di film ada”.
Artinya media sudah menejadi referensi
bagi anak dalam melakukan atau meniru style tertentu bahkan ‘mufti’ bagi masyarakat.
Ada
kecenderungan perbuatan asusila yang diberitan di media antara kasus satu dan
yang lain ada kesamaan modus. Banyaknya situs yang membuat cerita bukan
konsumsi anak, tetapi bebas di akses, gratis lagi, turut memberikan perubahan
pada anak.
Serangan budaya
dan informasi bertubi-tubi terhadap
masyarakat dari media turut serta membuat anak menjadi ‘warga asing’
di kampung bahkan di rumah sendiri.
Langkah Perbaikan
Memperbaiki
paradigma pikiran kita tentang anak. Mereka adalah anak yang harus berwujud dan
bersikap sebagai anak. Bukan anak berwajah dewasa. Alam pikiran pun tetap anak, ketika menari,
berpuisi berpakain biarkan dan
bimbinglah sebagai anak. Kadang orang tua memaksakan diri membeli hp karena
agar anaknya tidak di pandang ketinggalan. Anaknya belum tentu susah, orang tua
sudah bingung duluan.
Kita membatasi
gerak anak tidaklah mudah, apalagi melarang media, sangat salah. Awal langkah
kita adalah mulai membangun kepercayaan pada anak. Mereka akan memfilter
sendiri sesuatu yang kurang patut jika kita mendidik mereka. Didiklah putra-putra kita sebelum dididik
oleh lingkungan yang kadang kita tidak senang mereka diajari seperti itu.
No comments:
Post a Comment